Mendisiplinkan itu Seperti Main Layangan

Oleh: Moh. Rasyad, M.Pd.I

Ada pepatah populer mengatakan jangan terlalu lembek nanti kau akan diinjak injak dan jangan terlalu keras nanti kau mudah dipatahkan.

Begitupun dalam mendisiplinkan murid, suatu saat guru perlu strength. Disaat yang lain guru perlu juga longgar. Karena anak yang meremehkan disiplin bisa jadi karena sense of belonging atau rasa memilikinya terhadap aturan dan disiplin itu rendah sehingga mereka patuh saat ada gurunya, namun ketika gurunya tidak ada mereka berpotensi untuk melakukan pelanggaran lagi.

Kita sebagai hamba Allah diberikan taklif atau beban untuk melaksanakan syariat. Hukum syariat tidak hanya wajib, tapi ada sunnah, makruh, mubah, haram, azimah dan juga ada rukhsah (dispensasi).

Dalam hal disiplin melaksanakan ibadah shalat dan puasa wajib, Allah masih memberikan diskon keringanan bagi siapa saja yang sedang bepergian ataupun udzur lainnya untuk tidak melakukan sesuai dengan aturan main yang ditetapkanNya. Bangkai yang semula diharamkan menjadi boleh dikonsumsi pada kondisi yang amat mendesak.

Umar Bin Khattab dan Utsman Bin Affan pernah menerapkan dispensasi atas pelanggaran pencurian dan dan pembunuhan dimana keduanya mestinya dihukum qishas, potong tangan dan dibunuh juga. Tapi pelakunya dibebaskan. Umar dan Utsman melihat dan mempertimbangkan motif dan latarbelakang dibalik peristiwa itu. Pertama, pencuri itu terpaksa melakukan pencurian karena terdesak kondisi paceklik dan kelaparan yang mengancam diri dan jiwa keluarganya. Kedua Ubadillah bin Umar sebagai pelaku pembunuhan terhadap Hormuzan dibebaskan karena terbukti Hormuzan merencanakan pembunuhan untuk ayahnya, Sayyidina Umar.

Dari penjelasan tersebut dapat diambil pemahaman bahwa mengajar, mendidik, dan mendisiplinkan murid itu dapat dilakukan layaknya seperti main layangan. Adakalanya ditarik, ada waktunya diulur sesuai dengan situasi dan kondisi berhembusnya angin.

Allah memiliki banyak sifat kemuliaan selain al-hakim. Tidak bijak kalau kita hanya menerapkan satu sifat untuk menilai, menghukumi dan memutuskan satu problema.

Mari kita maknai sifat-sifat Allah secara adil dan bijaksana. Karena Dia adalah sumber mata air kebijaksanaan.