The Power of Reading

Oleh: Moh. Rasyad, M.Pd.I

Di era digital ini memang buku atau kitab bukan satu-satunya sumber yang dapat dibaca. Namun rasa-rasanya menurut saya buku cetak tidak dapat tergantikan dengan bahan-bahan bacaan lain yang bersifat digital maupun elektronik. Karena hemat saya buku langsung berhadap-hadapan dengan pembaca. Penulisnya lebih merasa dihargai karena royalty dari penjualannya masih bisa diharapkan oleh penulisnya. Buku digital membuka akses dan peluang yang sangat besar terjadinya palagiasi, copi paste dan penjiplakan tanpa menyebutkan sumber dan rujukannya. Alhasil membaca buku atau kitab cetak menurut hemat saya lebih mungkin mendatangkan berkah daripada pada buku digital.

Ayat Al-Qur’an turun pertama kali dengan perintah membaca. Hal ini menegaskan pentingnya membaca sebagai langkah awal untuk dapat mengenal, memahami, dan mengerti akan sesuatu.

Orang yang kurang baca, akan sedikit pengetahuannya. Orang yang meremehkan membaca dapat dipastikan dijauhi oleh ilmu, hikmah dan pemahaman.

Dorongan untuk terus membaca tidak hanya digalakkan bagi Anak Sekolahan saja, tapi untuk siapa saja untuk semua jenjang, setiap level pendidikan, juga untuk segala umur dan usia. Karena membaca sama dengan belajaryaitu sepanjang masa.
Kalau kita baca biografi atau sejarah orang alim, pakar yang sukses secara ekonomi maupun, pemerintahan dan keilmuan, modal awal mereka bisa sukses karena suka membaca.
***
Kali ini saya didatangi oleh seorang murid yang lumayan rajin membaca di perpus mini rumah saya. Hobinya memberi cover buku2 saya di rumah setiap kali ia pinjam untuk dibaca. Arman Riskullah namanya. Santri kelas 12 IPA ini yang paling sering pinjam buku dan yang kasih sampul koleksi buku dan kitab2 di perpustakaan SMA.

Sebelumnya dia sempat mondar mandir di depan rumah membawa bungkusan entah apa. Begitu saya sapa, “mau kemana?” Ia menjawab “hanya mau memberikan buku ini ke antum ustadz”. Setelah saya persilahkan masuk, dia sodorkan sebuah buku setebal 800 halaman dengan cover lux masih terbungkus plastik dari percetakannya. Judulnya 104 Biografi Sahabat Nabi.

Saya agak tertegun menerimanya. Baru kali ini ada siswa yang beri saya buku. Kebanyakan datang untuk pinjam buku2 saya. Dugaan saya, mungkin saja dia pernah menghilangkan buku kemudian menggantinya karena pas ada duit untuk membeli. Atau bisa jadi dia ingin mengingatkan saya untuk terus membaca…dan membaca, bisa pula motifnya sebagai kenang-kenangan karena hampir purna sebagai siswa.

Apapun maksud dan tujuannya, saya sangat senang menerimanya. Karena buku adalah sesuatu yang sangat berharga bagi saya. Untuk koleksi perpustakaan mini di rumah yang jumlalahnya tidak sampai 1000 eksemplar, saya harus merogoh kocek tidak sedikit untuk membelinya. Berkisar 25 juta. Kalau saya beli secara langsung sekaligus, sangat berat tapi karena step by step tanpa terasa banyak juga akhirnya.